Ilmu pemasaran, Umum

Pengertian Manajemen Resiko Serta Dampak Kerugiannya Bagi Perusahaan

manajemen resiko pada perusahaan

Manajemen resiko adalah suatu fungsional manajemen yang bersifat umum bertugas mengidentifikasi, menilai dan menunjukan penyebab serta dampak yang timbul dari ketidak pastian dan resiko pada suatu organisasi / perusahaan. Sebelum anda membaca artikel dan pembahasan mengenai manajemen resiko, sebaiknya anda mengenali terlebih dahulu tentang resiko itu sendiri.

Baca disini pembahasan lengkap terkait resiko

Pengertian manajemen resiko bisa didefinisikan juga sebagai suatu pendekatan terstruktur / metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk Penilaian resiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi resiko dengan menggunakan pemberdayaan / pengelolaan sumberdaya. Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan resiko kepada pihak lain, menghindari resiko, mengurangi efek negatif resiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi resiko tertentu.

Fungsional Manajemen Resiko Pada Perusahaan Beresiko Tinggi

Seperti yang diketahui secara umum bahwa perusahaan tidak terlepas dari apa yang dinamakan manajemen. Manajemen sendiri merupakan suatu kegiatan perusahaan berawal dari input sumberdaya yang dimiliki, kemudian diproses menggunakan pendekatan POAC (planning, organizing, actuating, controling) sehingga menghasilkan output yang efektif serta efisien.

Klik Disini Mengetahui Bahasan Ilmu Manajemen

Pada bagian mana manajemen diperlukan sebuah perusahaan untuk beroprasi? Jawabannya adalah pada semua fungsionalnya. Jika ditanya tentang fungsi perusahaan, secara umum terdiri dari 4 fungsi (produksi / operasi, keuangan, SDM dan pemasaran). Pada perusahaan tertentu dibutuhkan fungsi tambahan misal R&D (terutama pada industri teknologi) agar perusahaan tersebut dapat bersaing dan “survive”. Lain halnya dengan perusahaan yang memiliki resiko tinggi.

departemen manajemen resiko thidiweb

Perusahaan yang memiliki resiko tinggi seperti misalnya perusahaan perbankan dan penerbangan biasanya memiliki fungsi / divisi / departemen yang dipimpin khusus oleh sorang manajer untuk menangani resiko. Perbankan membutuhkan departemen khusus untuk menangani resiko kredit macet. Perusahaan penerbangan membutuhkan divisi resiko untuk menangani hal-hal terkait dengan resiko keselamatan penerbangan itu sendiri.

6 Aktifitas Manajemen Resiko Pada Organisasi dan Perusahaan

Dampak kerugian akibat ketidak pastian selalu menjadi ancaman setiap organisasi dan perusahaan, apapun bentuk perusahaannya. Terdapat 6 aktifitas manajemen resiko yang umum dilakukan untuk menanggulangi atau setidaknya mengurangi kemungkinan peluang terjadinya resiko kerugian.

  • Membantu organisasi / perusahaan dalam mengidentifikasi resiko.
  • Mengimplementasikan program-program pengendalian dan pencegahan kerugian. Pada perusahaan umum sering anda dengar tentang program SMK3 (Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja).
  • Menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan penanganan resiko.
  • Menjamin pemenuhan standar-standar keamanan.
  • Mengatur kerja sama penjaminan resiko dan klain, misal dengan jamsostek dan BPJS.
  • Merancang dan mengkoordinasikan program kesejahteraan karyawan. Kesejahteraan karyawan disini bukan berbentuk uang, namun FRINE BENEFIT (kesejahteraan, kesehatan, pariwisata dll).

Beberapa Hal Yang Menjadi Sumber Resiko

Segala sesuatu pasti ada sumbernya, begitupun dengan resiko. Berikut saya sebutkan dengan penjelasan beberapa sumber resiko pada perusahaan.

  • Sumber Fisik => Semua fasilitas seperti gedung, instalasi listrik, peralatan dan mesin pabrik semuanya memiliki resiko meskipun dengan tingkatan yang berbeda.
  • Kondisi sosial => Kondisi sosial kemasyarakatan secara umum menyangkut perilaku dan lokasinya.
  • Politik => Berkaitan dengan kekuasaan dan kebijakannya mengutamakan kepentingan pemerintah itu sendiri atas dasar kepentingan khalayak (rakyat).
  • Hukum => Hukum diciptakan untuk mengatur kehidupan bernegara, termasuk anda, masyarakat dan perusahaan itu sendiri. Adapun sifat dari hukum adalah memaksa.
  • Ekonomi makro => Kondisi ekonomi secara keseluruhan (global).
  • Operasional => Aktifitas dan kegiatan rutin perusahaan.
  • Sumber resiko kognitif => Menyangkut manusia, perilaku manusia, kecerdasan manusia, semuanya menyangkut manusia yang menjadi kunci dari semua sumber resiko. Oleh karena itu diperlukan proses seleksi perekrutan karyawan baru yang dimaksudkan salah satunya untuk mengurangi resiko kognitif.

3 Bentuk Dampak Kerugian Terkait dengan Resiko

Kerugian sendiri memiliki 4 arti. Kerugian berasal dari kata dasar rugi. Kerugian adalah sebuah homonim karena arti-artinya memiliki ejaan dan pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda. Kerugian memiliki arti dalam kelas verba atau kata kerja sehingga kerugian dapat menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya dan nomina atau kata benda sehingga kerugian dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan.. Secara umum terdapat tiga bentuk kerugian bagi perusahaan yang terkait dengan resiko.

  • Property loss adalah Kerugian yang bersifat materil (harta benda), terdiri dari :
    • Direct loss => kerugian yang dibebankan langsung ke propertinya. Contoh : Memperbaiki kendaraan anda yang mengalami kecelakaan.
    • Indirect loss => Secara tidak langsung tidak berkaitan dengan propertinya. Contoh : mobil derek, polisi dan yang anda tabrak.
    • Productivity loss => kesempatan produktifitas jadi hilang. Contoh : taksi yang tabrakan tidak bisa beroprasi karena masuk bengkel.
  • Liabilities adalah Kerugian karena harus menanggung kerugian orang lain (karena kewajiban. Liabilities hanya berbentuk direct loss saja.
  • Personel Loss adalah kerugian manusia (bisa cidera atau meninggal dunia).
    • Direct loss => masuk rumah sakit.
    • Indirect loss => biaya ambulan, produktifitas dari orang yang berhubungan dan yang terlibat kecelakaan ikut menurun.

4 Faktor Yang Menjadi Proses Berurutan dari Resiko

Terdapat 4 faktor pada proses terjadinya resiko secara beruntun dan berurutan. Faktor yang menjadi sumber penyebab, proses dan akibat kerugian yang ditimbulkannya.4 faktor resiko

  • Source of Risk => Sumber yang menjadi resiko. Misalnya :
    • Gedung pada sumber resiko fisik.
    • Lokasi pada sumber resiko sosial.
    • Perubahan kebijakan akibat pergantian kekuasaan pemerintahan pada sumber resiko politik.
    • Pengaturan tata ruang misalnya pada hukum.
    • Kredit macet pada masalah ekonomi makro.
    • Pada saat pekerjaan (operasional) dilakukan.
    • Karyawan pada sumber resiko kognitif.
  • Hazard => Sumber yang memiliki bahaya. Misalnya :
    • Konstruksi tidak kokoh diakibatkan kesalahan instalasi atau dimakan usia.
    • Kondisi lokasi dan sosial rawan dari bencana atau demo pekerja.
    • Peraturan baru pemerintah yang merugikan perusahaan.
    • Peraturan tata ruang membatasi ruang gerap pengembangan perusahaan atau bahkan direlokasi.
    • Krisis ekonomi global yang bersifat makro.
    • Potensi terjadinya insiden / kecelakaan pada saat beroprasi.
    • Sumber kognitif manusia (karyawan) malas dan ceroboh.
  • Peril => Berpotensi menimbulkan bencana atau masalah. Misalnya :
    • Konstruksi bangunan yang tidak kokoh kemudian roboh, kesalahan instalasi menyebabkan kebakaran.
    • Lokasi rawan bencana menyebabkan banjir, demo pekerja yang anarkis menyebabkan kerugian produksi dan kerusakan fasilitas.
    • Di sahkan nya peraturan pemerintah yang merugikan pihak perusahaan.
    • Pembebasan lahan menyebabkan perusahaan direlokasi ke tempat yang tidak strategis.
    • Terjadi kecelakaan kerja
    • Karyawan malas menyebabkan produktifitas rendah, kecerobohan menyebabkan kecelakaan.
  • Losses => Kerugian yang terjadi (sudah dijelaskan diatas). Kerugian umumnya dibagi 3 menjadi :
    • Properti => Benda fisik.
    • Personel => Orang (pekrja / karyawan).
    • Rugi karena mengganti kerugian orang lain yang disebabkan oleh perusahaan.

Proses Manajemen Resiko (Risk Management Process)

SAya pertegas, manajemen resiko adalah suatu proses mengidentifikasi, mengukur risiko, serta membentuk strategi untuk mengelolanya melalui sumber daya yang tersedia.Manajemen resiko bertujuan untuk mengelola resiko akibat ketidak pastian, sehinga kita dapat memperoleh hasil yang optimal. Manajemen risiko pada dasarnya dilakukan melalui proses-proses berikut ini :

Langkah 1 Identifikasi Resiko

Proses ini meliputi pengidentifikasian kerugian yang mungkin terjadi dalam suatu aktivitas usaha. Identifikasi secara akurat dan komplek sangatlah vital dalam manajemen resiko. Salah satu aspek penting dalam identifikasi resiko adalah mendaftar kemungkinan kerugian yang mungkin terjadi sebanyak mungkin. Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam identifikasi resiko antara lain:

  • Brainstorming =>  Teknik kreativitas yang mengupayakan pencarian penyelesaian dari suatu masalah tertentu dengan mengumpulkan gagasan secara spontan dari anggota kelompok (organisasi dan perusahaan).
  • Survei => Penelitian secara komprehensif, Survei yang dilakukan dalam melakukan penelitian biasanya dilakukan dengan menyebarkan kuesioner, dengan tujuan untuk mengetahui : siapa mereka (audien), apa yang mereka pikir, rasakan, atau kecenderungan suatu tindakan. Survei biasanya dilakukan dalam penelitian kuantitatif maupun kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, survei lebih merupakan pertanyaan tertutup, sementara dalam penelitian kualitatif berupa wawancara mendalam dengan pertanyaan terbuka.
  • Wawancara (interview) => Percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi yang tepat langsung dari narasumber yang terpercaya (berkaitan dengan resiko dan kerugian). Wawancara dilakukan dengan cara penyampaian sejumlah pertanyaan dari pewawancara kepada narasumber.
  • Informasi historis => Pengumpulan data dari kejadian-kejadian dimasa lalu yang relevan dengan saat ini, sehingga dengan demikian informasi tersebut dapat dijadikan acuan untuk mengidentifikasi resiko yang sejenis.
  • Teknik lainnya seperti kelompok kerja dan sebagainya bisa dilakukan untuk mengidentifikasi resiko.

Langkah 2 Analisa Resiko

Setelah melakukan identifikasi, maka tahap berikutnya adalah mengukur resiko (measurement) dengan cara melihat potensial terjadinya seberapa besar severity (kerusakan) dan probabilitas terjadinya resiko tersebut. Penentuan probabilitas terjadinya suatu event lebih bersifat subjektif berdasarkan nalar dan pengalaman.

Beberapa resiko memang mudah untuk diukur, namun sangat sulit untuk memastikan probabilitas (kemungkinan) suatu kejadian yang sangat jarang terjadi. Sehingga, pada tahap ini sangtalah penting untuk menentukan dugaan yang terbaik supaya nantinya anda dapat memprioritaskan dengan baik dalam implementasi perencanaan manajemen resiko.

Kesulitan dalam pengukuran risiko adalah menentukan kemungkinan terjadi suatu risiko karena informasi statistik tidak selalu tersedia untuk beberapa risiko tertentu. Selain itu, mengevaluasi dampak severity (kerusakan) seringkali cukup sulit untuk asset immateriil (bukan berbentuk fisik).

Langkah 3 Pengelolaan Resiko

Apapun perlu pengelolaan, termasuk resiko. Pengelolaan yang beik akan berakibat positif terhadap pencegahan dampak (kerusakan( yang terjadi akibat ketidak pastian. Jenis-jenis cara mengelola resiko, diantaranya :

  • Risk avoidance => Memutuskan untuk tidak melakukan aktivitas yang mengandung resiko sama sekali. Dalam memutuskan untuk melakukannya, maka harus dipertimbangkan potensial keuntungan dan potensial kerugian yang dihasilkan oleh suatu aktivitas.
  • Risk reduction (mitigation) => Merupakan metode yang mengurangi kemungkinan terjadinya suatu resiko ataupun mengurangi dampak kerusakan yang dihasilkan oleh suatu resiko.
  • Risk transfer => Memindahkan resiko kepada pihak lain, umumnya melalui suatu kontrak (asuransi) maupun hedging (lindung nilai).
  • Risk deferral => Dampak suatu risiko tidak selalu konstan. Risk deferral meliputi menunda aspek suatu proyek hingga saat dimana probabilitas terjadinya risiko tersebut kecil. Contohnya menunggu proyek pembangunan jembatan ketika perekonomian cenderung tidak stabil.
  • Risk retention => Walaupun resiko tertentu dapat dihilangkan dengan cara mengurnagi maupun mentransfernya, namun beberapa resiko harus tetap diterima sebagai bagian penting dari aktivitas.

Langkah 4 Implementasi Manajemen Resiko

Proses implementasi resiko adalah tahap dimana strategi dan semua perencanaan yang disebutkan diatas dilaksanakan. Tentu saja anda harus memutuskan terlebih dahulu mana yang dipilih untuk ditetapkan.

Langkah 5 Monitoring Resiko

Sangatlah penting untuk selalu memonitor proses dari awal, dimulai dari identifikasi resiko dan pengukuran resiko untuk mengetahui keefektifan respon yang telah dipilih serta untuk mengidentifikasi adanya resiko yang baru atau bahkan perubahan resiko. Sehingga, ketika suatu saat terjadi maka respon yang dipilih akan sesuai juga diimplementasikan secara efektif.


Web Design | SEO | Digital Marketing
Jl Dieng IV no 27 cimahi selatan, kota Cimahi 40534
(022)54418169 – 08893612887 (WA) – D6476796 (BBM)

info@thidiweb.com.


Beri Komentar Anda ...